twitter
rss


Perjuangan Melawan Lupa
Langkah pertama untuk memusnahkan sebuah bangsa cukup dengan menghapuskan memorinya. Hancurkan buku-bukunya, kebudayaannya dan sejarahnya, maka tak lama setelah itu bangsa tersebut akan mulai melupakan apa yang terjadi sekarang dan masa lampau. Dunia sekelilingnya bahkan akan lupa lebih cepat. (Milan Kundera, Sastrawan Cekoslowakia).
Sampai sekarang masyarakat masih mengenal sosok Dracula. Hal ini bisa terjadi karena kisahnya terus menerus direproduksi oleh barat sehingga bisa melekat dalam kesadaran masyarakat modern. Salah satu contohnya adalah melalui film. Setidaknya ada empat film yang berkisah tentang Dracula, yaitu Dracula’s Daugher (1936 M), Son of Dracula (1943 M), Hoorof of Dracula (1958 M), dan Nosferatu (1922 M), yang di buat ulang pada tahun 1979. Semua film tersebut kisahnya di ambil dari novel Bram Stoker, Dracula.
Lewat film-film tersebut dunia Barat berusaha agar sosok Dracula tetap dikenal sepanjang masa. Dan sekaligus memantapkan mitos tentang Dracula sebagai vampire penghisap darah manusia.dengan cara ini mereka sengaja membuat agar sosok Dracula semakin kabur tertutup oleh mitos. Tujuan dari semua ini adalah melakukan penjajahan sejarah.   Read more
Usaha Barat bisa dikatakan cukup berhasil. Hal ini bisa dibuktikan dengan menghitung seberapa banyak orang yang mengetahui siapa Dracula. Mungkin hanya sedikit, dari yang sedikit mempunyai pengetahuan tentang Dracula akan lebih sedikit lagi yang mengetahui sosok Dracula secara utuh. Dipihak lain, sebagian besar masyarakat mengetahui Dracula sebagai pangeran kegelapan yang gemar menghisap darah manusia, yang bisa berubah wujud menjadi kelelawar atau srigala, dan akan muncul setiap bulan purnama.
Pemahaman tentang sosok Dracula yang sebagian besar didasarkan pada mitos tersebut membuat masyarakat menjadi lupa akan sejarah si penyula. Sejarah hidupnya yang telah melumuri abad pertengahan dengan darah berubah menjadi makhluk jadi-jadian yang hidup disebuah puri dengan ditemani seorang putrid yang cantik. Masyarakat menjadi lupa bahwa Dracula telah membantai 500.000 orang dengan cara yang amat kejam ; penyulaan, pengulitan, pemakuan, dan bentuk penyiksaan lainnya, yang belum pernah dilakukan manusia sebelumnya. Hal ini yang diinginkan Barat. Ketika masyarakat semakin lupa terhadap sejarah Dracula maka sejarah kelam tersebut tidak akan terungkap, dan mereka akan terbebas dari dosa masa lalu.
Bila sebuah bangsa bisa menguasai sejarah bangsa lain maka akan memudahkan mereka untuk menguasai baik itu sumber daya alamnya maupun manusianya. Padahal. Sebuah bangsa akan sulit maju  apabila mereka tak mengenal masa lalu mereka sendiri. Dan akibatnya akan menjadi bangsa seolah-olah merdeka tapi sebetulnya terjajah, menjadi budak dari bangsa lain.
Selain untuk memuluskan jalan Negara-negara barat, penjajahan sejarah juga bertujuan untuk menunjukkan superiotas  mereka. Selama ini barat memang selalu ingin menunjukkan bahwa merekalah bangsa yang paling maju, baradab dan unggul. Dengan pengesahan tersebut pihak barat akan berusaha menentukan arah peradaban dunia sesuai dengan selera dan kepentingan mereka. Akibatnya, peradaban ini menjadi timpang Karena hanya ditentukan oleh satu kutub. Tidak ada dialektika di dalamnya.
PAHLAWAN YANG DILUPAKAN    
Tujuan lain dari penjajahan sejarah adalah menghilangkan pahlawan dari pihak musuh. Sebagai kekuatan superior barat menginginkan hanya merekalah yang memiliki pahlawan dan superhero. Dan, bila ada Negara lain mempunyai superhero yang mengalahkan barat, maka mereka akan berusaha agar superhero tersebut dihapus dari sejarah. Hal ini sngat jelas dalam mitos Dracula.
Dalam mitos Dracula sosok Sultan Mahmed II dihilangkan sama sekali. Memang disebutkan Dracula pernah berperang melawan kerajaan turki, tapi Sultan mahmed tidak disebut sama sekali. Sang Sultan tersebut seolah lenyap ditelan zaman. Padahal sejarah resmi mencatat peranan sang sultan mengempur Dracula. Dua kali sang Sultan menggempur secara besar-besaran, yaitu pada tahun 1462 M dan 1476 M. serangan pertama menyabebkan Dracula kehilangan tahta Wallachia dan serangan kedua membuat Dracula terbunuh. Namun semua fakta tersebut telah dihapus oleh barat.
Sosok Sultan Mahmed II memang sngat dibenci barat. Sultan Mahmed II yang telah berhasil merebut Konstantinopel telah membuat mereka kehilangan muka. Barat yang memang mengagung agungkan diri sebagai kekuatan utama dunia yang mewarisi kebudayaan yunani dan romawi, sangat terpukul dengan jatuhnya Konstantinopel. Bagi mereka kota tersebut merupakan benteng utama kekaisaran romawi timur, dan sekaligus salah satu pusat gereja katolik.
Dengan jatuhnya Konstantinopel berarti barat harus mengakui kekalhan tersebut. Padahal bagi mereka pasukan bulan sabit (pasukan tentara Sultan Mahmed) merupakan pasukan bar-bar yang terbelakang dan tidak berbudaya. Oleh karena itu, begitu barat benar-benar kalah dan harus mengakui kekalahan itu, mereka tentu sangat malu. Bagaimana bangsa yang besar harus menyerah pada bangsa bar-bar.
Pukulan akibat jatuhnya Konstantinopel masih terasa hingga kini. Barat tetap tak bisa menerima kejatuhan itu. Tak mengherankan kalu seorang Paus umat Katolik yang memegang tahta suci Roma saat ini masih mengingat peristiwa itu sebagai sejarah kelam umat manusia.
Kebencian tersebut mereka tumpahkan dengan berusaha menghapus Sultan Mahmed II dalam sejarah. Harus diakui usaha ini cukup berhasil. Sebagai buktinya adalah hanya sedikit orang yang mengenal sosoknya bahkan umat Islam sekalipun. Bila ditanya tentang Sultan Mahmed II, umat Islam akan menggelengkan kepala, tapi ketika ditanya tentang Dracula  mereka bisa memberikan penjelasan panjang lebar, walupun penjelasan mereka tentang Dracula juga salah karena hanya didasari pada mitos yang dibuat barat.
Seiring dengan waktu nama sang Sultan semakin tenggelam bersamaan dengan semakin melambungnya nama Dracula. Hanya segelintir sejarawan yang mengetahui sosoknya, dan rata-rata mereka merupakan sejarawan tua. Dengan kenyataan seperti itu bisa dikatakan tujuan barat untuk menghilngkan pahlawan Bulan Sabit tersebut mendekati keberhasilan. Apabila hal ini tidak dibendung maka bisa dipastikan nama Sultan Mahmed II akan benar-benar menghilang dari sejarah.
Suatu Negara yang tidak mengenal pahlawannya maka tidak akan bangga terhadap bangsanya sendiri. Bangsa seperti ini akan memilih berkiblat pada bangsa lain yang dianggapnya lebih superior karena mereka mempunyai banyak pahlawan. Akibatnya, rasa percaya diri pun menjadi goyah. Gejala seperti ini sudah mengemuka saat ini. Hal ini bisa dilihat dari pemujaan berlebihan terhadap bangsa barat. Mereka menganggap yang serba baratlah yang paling terbaik, paling modern dan maju. Oleh karena itu, mereka tak segan mengikuti apa yang serba barat tersebut, mulai cara mandi, jalan, makan, tidur, berpakaian, sampai cara mengatur pemerintahan; semua yang mereka pakai dari ujung rambut sampai ujung kaki berbau barat.
Kondisi seperti inilah yang diinginkan barat. Ketika sebuah Negara tidak bangga lagi terhadap bangsanya sendiri maka akan dengan mudah diarahkan. Kesempatan ini kemudian digunakan barat untuk memasukkan nilai-nilai kehidupan mereka. Ketika nilai-nilai tersebut telah masuk maka mereka dengan mudah menentukan selera sebuah bangsa. Sehingga ketika produk mereka masuk ke Negara tersebut, masyarakatnya akan menerima dengan senang hati. Inilah bentuk penjajahan gaya baru. Ia begitu halus. Tak ada perang. Tak ada penguasaan wilayah. Tapi tanpa terasa kekayaan sebuah Negara tersedot habis, dan otak masyarakatnya telah dicuci.
Sejarah Dracula merupakan cermin dari masa laluuntuk menjadikan pelajaran masa kini. Kisah hidupnya menunjukkan bahwa sebuah tiran dalm bentuk apapun merupakan pemerkosaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, harus ada kekuatan yang melawan agar nilai kemanusiaan tidak tercemari oleh genangan darah korban si tiran. Memang tidah mudah, tapi tetap harus ada yang memulai.
Dracula memang telh mati lebih dari 500 tahun yang lalu. Tapi setelah itu betapa banyak manusia yang mengikuti jejak langkahnya. Sejarah mencatat nama-nama seperti Hilter, Stalin, Pol Pot, Soeharto hingga George W. Bush. Mereka memang bukan keturunan Dracula tapi mereka gemar menumpahkan darah seperti halnya Dracula. Atau bisa dikatakan, mereka memang bukan anak fisik Dracula melainkan anak rohani Dracula. Adanya kenyataan ini tidak ada ujungnya, karena setiap zaman lahir tiran-tiran baru yang tidak kalah kejamnya.
Sebagai cermin, sejarah akan selalu mengingatkan agar kita tak lengah, bahwa pada masa lalu ada kekuasaan yang bengis dan kejam. Pada masa sekarang ada kekuasaan yang tak kalah bengis dan kejam, dan masa depan pun pasti sejarah akan berulang kembali. Dengan peringatan yang diberikan oleh sejarah tersebut semoga kita selalu waspada. Dan siap melawan apabila ada tiran yang lahir pada zaman kita.           

0 komentar:

Posting Komentar